Tobaria – Suku Batak mempunyai ragam jenis kepercayaan kepada leluhur yang sampai sekarang menjadi bagian dari sejarah lisan. Beberapa di antaranya berbentuk benda yang dianggap begitu sakral dan memiliki kekuatan di dalamnya.
Salah satu benda yang dipercaya memiliki kekuatan magis di dalamnya yaitu Tongkat Tunggal Panaluan. Bagi masyarakat Batak Toba, tongkat ini bukan sekedar kayu biasa, melainkan terdapat roh-roh nenek moyang.
Tongkat Tunggal Panaluan terbuat dari kayu tada-tada yang dipotong menjadi tongkat dan diukir pada bagian-bagian tongkatnya menyerupai wajah manusia. Dalam pembuatan tongkat ini diadakan ritual sesajen dan berpuasa.
Maka dari itu, tongkat ini menjadi benda yang sangat sakral. Menurut masyarakat Toba, tongkat ini adalah tongkat sakti. Dengan panjangnya yang mencapai 150-200 meter, tongkat ini begitu panjang untuk ukuran manusia biasa.
Tunggal Panaluan mengambarkan hubungan banua toru, banua tonga dan banua ginjang. Tiga wilayah tersebut tergambar dalam pahatan pohon yang disebut sibaran, nasib manusia. Keterkaitan ketiganya mencerminkan kosmologi Batak.
Tongkat sakti yang hanya dimiliki datu-datu ini dipercaya tempat bersemayam roh leluhur yang bisa memanggil hujan, menyembuhkan orang dan mengusir wabah penyakit, mendatangkan berkah, menjaga rumah dan kampung dari serangan musuh.
Tunggal panaluan digunakan dalam upacara adat untuk mengusir bencana atau juga mendatangkannya.
Untuk menghasilkan kekuatan mistis, datu membuat lubang di tongkat dan menambahkan ramuan yang disebut pupuk. Salah satu material pupuk adalah sisa-sisa tubuh anak yang dikorbankan. Tongkat ini juga digunakan dalam tari tortor tunggal panaluan yang dibawakan oleh para datu/dukun.(*)