Tempatnya sangat nyaman, hening dan tersembunyi, sekilas terlihat dari pintu masuk tak tampak seperti destinasi wisata seperti umumnya.

Itulah Tombak Sulusulu, memiliki kisah sejarah yang tidak bisa terlepas dari  sosok yang diagungkan masyarakat batak yaitu tempat kelahiran Sisingamangaraja I.

Tombak dalam bahasa Indonesia berarti hutan belantara, sedangkan sulusulu adalah obor atau penerang. Jadi tombak sulusulu adalah hutan belantara yang memancarkan cahaya dari api.

Namun sebutan hutan belantara tinggallah kisah, karena suasana di sekitarnya kini sudah banyak rumah tinggal. Namun masyarakat sekitar tetap menjaga kearifan lokal di daerah tersebut, salah satunya yaitu Tombak Sulusulu yang berada di Desa Marbun Dolok Tonga-Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan Rabu 18/11-2020.

Dipercaya di hutan tersebut tumbuh pohon keramat yang dalam Bahasa Batak bernama Pohon Sakkamadeha. Pohon berukuran tinggi dengan akar kuat dan panjang, yang mampu mengikat bebatuan-bebatuan besar sehingga menyerupai gua batu dengan pelataran bebatuaan yang sangat unik.

Sekalipun disekitar keberadaan hutan tidak sepi lagi, namun di dalam tombak sulusulu tetap hening bagaimana layaknya di hutan belantara. Hijau pepohonan, bahkan bebatuan pun seolah berwarna hijau seperti dedaunan yang melindunginya dari terik matahari.

Selain dari kisah yang mengakar di masyarakat, Tombak Sulusulu juga memiliki catatan geologis. Menurut Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Utara, Gagarin Sembiring. Tombak Sulusulu merupakan batuan karst yang diperkirakan telah berumur 250 juta tahun. Batuan ini terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi. Ada kesamaan antara Tombak Sulusulu dengan bebatuan yang ditemukan di Dolok Sabaganding.

Berdasarkan penelitian geologis, dalam sejarahnya Gunung Toba pernah meletus sebanyak 3 kali. Letusan ini oleh sejumlah penelitian telah mengubah iklim dunia, letusan pertama terjadi sekitar 800.000 tahun silam, letusan kedua meletus 300.000 tahun kemudian.

Letusan ketiga terjadi pada 74.000 tahun silam dan  etusan ketiga ini dianggap paling dahsyat. Dimana akibat letusan itu, telah mengangkat dasar Kaldera Toba ke permukaan menjadi daratan yang disebut Pulau Samosir.

Menurut Gagarin, Geopark Kaldera Toba Tombak Sulusulu merupakan jejak geologis letusan Gunung Toba yang pertama. Letusan pertama itu telah menyebabkan batuan dasar Kaldera Toba terangkat.

Batuan dasar itu telah berusia 250 juta tahun. Salah satu batuan yang terangkat itu adalah Tombak Sulusulu. Gagarin mengatakan, “Diperkirakan saat Gunung Toba itu meletus sebagian besar batuan dasar ini tertutupi abu vulkanik yang tebal. Abu vulkanik ini kemudian membatu. Sehingga sebagian besar batuan dasar Kaldera Toba di kawasan ini terdiri dari berbagai lapisan-lapisan, termasuk bebatuan yang ada di Tombak Sulusulu.”

Bebatuan tua berwarna kehijauan yang lestari hingga saat ini, tampak dalam cengkraman akar-akar pepohonan tua.

Kembali dengan keberadaan Tombak Sulusulu yang dalam keyakinan masyarakat Batak di Humbahas, adalah gua muasal kelahiran Sisingamangaraja I.

Alkisah dahulu di tempat inilah dilahirkan Sisingamangaraja I dari rahim seorang ibu Boru Pasaribu. Terlahir dan bertumbuh dengan segala keajaiban yang mencengangkan banyak masyarakat di masa itu, kharismanya yang tinggi dengan sendirinya melekatkan nama Raja di lingkungan tempatnya berada. Sekilas kisah sejarah terkait kearifan lokal tentang keberadaan tombak sulusulu.

Hingga sekarang, tempat ini ramai dikunjungi para peziarah. Dan masyarakat setempatpun sangat menyakralkan tempat ini, bahkan untuk sekedar mengambil kayu bakarpun mereka tidak berani mengambil kayu ke hutan ini. Larangan-larangan terkait sembarangan masuk ke dalam hutan ini bukanlah tujuan untuk menaku-nakuti menurut Swarno Lumbangaol.

Gua kecil, merupakan kepercayaan sesuai kearifan lokal masyarakat setempat. Sebagai tempat kelahiran Sisingamangaraja I.

Menurutnya, “Walaupun kami masyarakat asli di sini, untuk kawasan tombak sulusulu kami tidak berani sembarangan. Bahkan mengambil kayu bakar saja kami tidak berani, kami masih percaya dengan kisah kearifan lokal yang ada. Karena banyak kisah-kisah lain, terjadi atas orang-orang yang merasa sepele. Namun banyak juga yang menemukan hal luar biasa saat datang dan setelah dari sini,” dijelaskannya dengan wajah berbinar.

Itulah sekilas sejarah geologi dan kearifan lokal tentang Tombak Sulusulu. Beberapa situs sejarah dan budaya berkaitan dengan Dinasti Raja Sisingamangaraja lainnya juga ada di Lembah Bakkara di Kecamatan Baktiraja.

Ada Kompleks Aek Sipangolu, Kompleks Istana Raja Sisingamangaraja, dan lain sebagainya. *jmh