Batak memang memiliki banyak tradisi dan budaya, salah satunya adalah tari tor-tor sawan. Tari tersebut biasanya juga disebut sebagai tari tor-tor cawan.
Ciri khas dari tari tor-tor sawan adalah adanya cawan putih untuk dibawa oleh masing-masing penari di tangan hingga kepalanya. Sehingga tarian ini memang tidak mudah dilakukan.
Dulunya tarian tersebut hanya dilakukan pada acara-acara tertentu karena dipercaya oleh masyarakat sekitar memiliki kekuatan magis.
Dengan pakaian adat khusus dan perlengkapan menari juga khusus para penari harus membawakan tarian ini dengan penuh penghayatan bahkan dahulu penarinya juga khusus.
Tentunya budaya tarian tersebut memiliki legenda tersendiri dalam perkembangannya, tetapi hingga sekarang tarian tor-tor sawan masih dipertontonkan sebagai warisan budaya yang begitu luar biasa.
Keindahan tariannya, lengkap dengan segala pakaian dan atribut yang digunakan penari sehingga menjadi sebuah paket lengkap memanjakan mata.
Sejarah dari Sebuah Tari Tor-Tor Sawan
Dulu kala ada seorang raja Batak dari keturunan tarombo Guru Tatea Bulan yang di dalam mimpinya melihat kasawan Puhut Buhit akan runtuh.
Saat sadar dari mimpinya kemudian sang raja memanggil panglima Ulubalang agar membantu menafsirkan mimpi yang baru saja didapatkannya. Namun sang panglima tidak dapat menafsirkannya.
Sang panglima meminta rajanya untuk menafsirkan mimpinya di malam bulan purnama. Mendengar hal itu, sang raja merasa tidak tenang karena harus menunggu lama untuk saat itu. Hingga akhirnya disarankan untuk mendatangkan dukun wanita saja untuk membantu menafsirkan mimpi dari sang raja.
Kemudian dipanggillah 6 orang dukun wanita atau sibaso bolon datang ke kerajaan. Kemudian Sibaso Nabolon Panurirang Pangarittari mulai melakukan ritual yang bisa menangkal terjadinya hal buruk.
Sibaso Nabolon saat itu memang masih perawan bersama dengan enam gadis menjinjing sawan atau mengkuk di kepalanya diiringi gondang Batak.
Percikan air dari tujuh orang gadis ini mengitari sepanjang desa dan terus dilakukan sambil menari. Hal ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat yang ada di desa tersebut.
Kemudian sang raja lebih tenang dengan adanya pengusiran roh jahat dilakukan dengan cara menari menggunakan sawan tersebut.
Perlengkapan yang Digunakan Penari Tor-Tor Sawan
Dengan sejarah dan kekuatan magis dipercaya masyarakat ada pada tarian ini tentu saja membuat ada berbagai perlengkapan khusus harus digunakan oleh penarinya.
Penarinya harus menggunakan busana tradisional dari Batak secara lengkap. Mulai dari menggunakan kemben untuk bagian dalamnya dan kain ulos diselempangkan di kedua bahunya.
Bagian bawah kain ulos itu harus sebatas mata kaki. Ikat pinggang yang digunakan juga terbuat dari sebuah kain yang bernama kain tenun.
Di bagian kepala menggunakan penutup khusus khas dari Batak. Setelah pakaian lengkap, kemudian sawan atau mangkuk yang digunakan adalah mangkuk porselen Cina berwarna putih.
Diameter dari mangkuk ini adalah 2,5 sampai 6 cm. Ada tujuh cawan yang digunakan dengan makna berbeda-beda. Secara berurutan dari cawan pertama artinya kesucian, kebijakan, kekuatan, peradaban, sosial, budaya, dan kesaktian. Jadi cawan yang harus dibawa adalah tujuh dalam tarian ini.
Musik atau iringan yang digunakan untuk tor-tor sawan adalah tetabuhan seperti gendang mirip bedug bernama gondang. Jumlah dari gondang ini adalah sembilan.
Hingga saat ini kelengkapan untuk tarian ini masih digunakan sesuai engan budaya tatian yang sudah ada sejak dulu kala.
Jadi Anda masih bisa menemukannya dalam atraksi khusus budaya Batak atau di beberapa acara tertentu.
Budaya tarian tor-tor sawan memang masih terus dilestarikan sehingga orang-orang di luar suku Batak juga bisa mengenalnya dengan baik dan tentunya memahami sejarah dari adanya tarian indah tersebut. (*)