Tobaria – Solu Bolon berasal dari dua kata dalam Bahasa Batak. Solu artinya perahu. Bolon artinya besar. Solu Bolon artinya perahu besar dan panjang.

Solu Bolon merupakan alat transportasi dan menjala ikan yang kerap digunakan oleh leluhur suku Batak di masa silam. Biasanya Solu ini berukuran panjang 20 meter dan lebar 1,5 meter.

Solu Bolon ini dapat menampung 50 orang. Penumpangnya duduk berdampingan kiri dan kanan.

Ciri Khas Solu Bolon

Perahu ini terbuat dari dari Kayu Bona Sanggar, Kayu Bihole dan Kayu Antuang dan dirakit oleh masyarakat menggunakan alat konvensional.

Belakangan, karena bahan utama untuk membuat Solu Bolon sangat payah diperoleh. Selain itu, kemajuan zaman menggeser posisi Solu Bolon dengan alat transportasi yang lebih canggih seperti Kapal Motor, Kapal Ferry dan jenis kapal lainnya.

Perahu yang digunakan dalam Festival Solu Bolon juga tidak lagi menggambarkan persis semestinya.

Dulu, Solu Bolon ini dihias dengan ornamen-ornamen Batak. Ada ornamen yang tersemat di badan kapal atau disebut dengan Giarogia di Pudi yang terdiri dari tiga batang dengan jumbai berbahan dasar bulu kuda dan sederet batang pendek yang disebut rame-rame.

Ornamen tersebut mirip dengan yang kerap digunakan di Rumah Batak (Rumah Bolon).

Ada patung kepala kerbau dengan rame-rame lainnya. Juga ada tiang Torgiok di bagian depan yang berfungsi sebagai pegangan bagi petugas untuk mengatur ritme kekuatan untuk mengayuh.

Tradisi Mangebang

Tari menyambut tamu “Tor Tor Sihutur Sanggul” di Kabupaten Samosir (ANTARA/Irsan Mulyadi)

Dalam kehidupan tradisional Batak di masa silam, ada sebuah tradisi memperkenalkan Solu Bolon yang disebut dalam bahasa Batak Tradisi Mangebang.

Kebiasan ini kegiatan yang wajib dilakukan oleh masyarakat Danau Toba khususnya bagi mereka yang memiliki Solu Bolon.

Menurut asal-usul, pelaksanaan tradisi ini sudah dimulai sejak 1965 dan sampai sekarang masih terus dilaksanakan.

Sebelum tradisi ini nyaris sirna, salah satu daerah menonjol melaksanakan tradisi ini ada di Baktiraja. Mereka biasa melaksanakan tradisi ini setiap Rabu karena di hari tersebut ada Onan (baca: Pekan atau Pasar) di Baktiraja.

Hal ini bertujuan untuk memberi tahu kepada masyarakat sekitar jika ada pelaksanaan Mangebang.

Setiap pelaksanaan Mangebang, lazimnya diikuti oleh para penatua adat atau tetua adat beserta tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Di Baktiraja, pelaksanaan Mangebang harus sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di sana.

Bukti bahwa pelaksanaan Mangebang ini harus sesuai adat istiadat yang berlaku terlihat dari proses pelaksanaan yang dilakukan secara terstruktur dengan baik.

Sebelum dilaksanakan, Mangebang harus mendapat kesepakatan antara Hasuhuton, Raja Huta, Raja Adat, dan juga Pande.

Salah satu bukti yang dapat dilihat bagaimana tradisi ini dijalankan, ada sebuah rekaman video yang diunggah di Youtube berjudul “Solu Bolon Toga Simatupang”.

Peluncuran Solu Bolon ini dilakukan di Muara Tapian Na Uli Utara Humbang Habinsaran pada 22 Desember 2013 yang dilaksanakan oleh keturunan Ompu Toga Simatupang sekaligus meresmikan Ruma Tonggo Ompu Toga Simatupang di Desa Paranginan.

Sekalipun pelaksanaan Mangebang Solu Bolon untuk memperkenalkan kapal baru. Akan tetapi, pelaksanaan tersebut mengandung sarat nilai positif bagi masyarakat.

Ada sejumlah nilai kearifan lokal dalam setiap pelaksanaan Mangebang. Akan tetapi, setidaknya terdapat 3 nilai yang penting bagi masyarakat di Baktiraja.

Pertama, nilai kerukunan. Tahap ini di mana masyarakat akan sangat menghormati dan menghargai usaha dari pembuat kapal tersebut.

Kedua, ada nilai kebersamaan. Pelaksanaan Mangebang cukup melibatkan banyak orang. Di sinilah nilai kebersamaan itu muncul, mereka saling membantu dalam mempersiapkan segala kebutuhan untuk melaksanakan Mangebang.

Terakhir, nilai sosial. Ya, nilai ini sangat terlihat jelas ketika tradisi ini dilaksanakan. Antar masyarakat saling bergotong royong, kerja sama dan membantu pelaksanaan upacara.
Bahkan, mereka juga mengundang tokoh adat dan pejabat setempat untuk melihat Mangeban Solu Bolon.

Acara Pariwisata Olahraga

Suasana Festival Solu Bolon di WaterFront City Panguruan pada Jumat 7 Juni 2024

Untuk mengenang Solu Bolon sebagai peninggalan leluhur suku Batak di masa silam, warisan ini dijadikan sarana untuk menggairahkan pariwisata Danau Toba.

Dibuatlah Festival Solu Bolon sebagai agenda tahunan acara pariwisata olahraga di Danau Toba. Salah satu pemerintah daerah yang menggas hal tersebut yakni Pemerintah Kabupaten Samosir.

Dalam acara Festival Solu Bolon yang diadakan tahun ini Jumat 7 Juni 2024, Pemerintah Kabupaten Samosir mengatakan pihaknya terus berupaya menggali dan melestarikan potensi budaya dan pelestarian kearifan lokal.

Salah satu dengan menyelenggarakan event Solu Bolon. Sebanyak 21 tim Solu Bolon se-Sumatera Utara berlaga dengan jarak lintasan 500 m.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tetti Naibaho menyampaikan Festival Solu Bolon merupakan rangkaian Horas Samosir Fiesta 2024 yang bertujuan sebagai upaya pelestaraian warisan leluhur orang Batak.

Acara berlangsung selama 2 hari pada tanggal 6-7 Juni 2024.

“Olahraga tradisional ini harus kita lestarikan, Solusi Bolon harus dipertahankan dilestarikan dan dipertunjukkan. Kita semua harus ikut menjaganya”, kata Tetti Naibaho pada saat pembukaan acara tersebut.

Meniru Perahu Naga

Sekalipun berjudulkan Festival Solu Bolon, sejumlah pihak menduga festival ini lebih cocok disebut Festival Dragon Boat yang berasal dari tradisi Tionghoa.

Perahu yang digunakan oleh 21 peserta yang diadakan di Festival Solu Bolon di WaterFront City Pangururan juga nyaris sama dengan perahu naga (dragon boat).

Dikutip dari Wikipedia, perahu naga merupakan perahu yang sangat panjang dan sempit yang digerakkan oleh tenaga manusia dan digunakan pada olahraga dayung perlombaan perahu naga.

Dalam perlombaan, perahu ini biasanya dihiasi dengan kepala dan ekor naga dan diharuskan untuk membawa genderang besar dalam perahunya.

Masyarakat Tionghoa suku Han sering menggunakan istilah “Turunan Naga” sebagai identitas etnis mereka. Di luar kegiatan lomba, hiasan naga biasanya tidak digunakan, tetapi genderang tetap dibawa dalam perahu untuk kepentingan latihan.

Lomba perahu naga sesuai tradisi diadakan untuk memperingati kematian Qu Yuan. Lomba ini merupakan satu-satunya olahraga yang diperingati sebagai libur nasional.

Menurut kalender Imlek, acara ini diadakan pada tanggal 5 bulan 5 yang bisanya jatuh pada suatu tanggal di bulan Juni.(*)