Tobaria – Dengan keindahan danaunya yang luas, masyarakat sekitar Danau Toba yang taat kepada para leluhur juga salah satu yang menjadi daya Tarik, karena pada kesempatan-kesempatan tertentu pengunjung dapat melihat secara langsung beberapa ritual dari masyarakat sekitar Danau Toba tersebut, termasuk ritual Manguras Tao.
Manguras Tao atau dalam Bahasa Indonesia berarti menyucikan danau ialah salah satu ritual tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba. Upacara Manguras Tao ini dilakukan karena adanya ketidak seimbangan antara roh leluhur Danau Toba dengan masyarakat. Upacara Manguras Tao ini biasa dilakukan di sekitar Pantai Putih.
Upacara Manguras Tao ini juga dilakukan dalam rangka mendekatkan diri dengan roh leluhur yang berada di sekitae Danau Toba, oleh karenanya aktivitas di dalamnya tidak terlepas dari pemujaan roh leluhur.
Pada pelaksanaannya, Manguras Tao ini terdapat aktivitas elean (sesajen) yang disebut dengan mangalean uluan simangot ni ompung (memberikan sesajen kepada roh leluhur). Pelean (sesajen dan persembahan) yang disajikan yaitu, manuk nabontar (ayam putih), manuk narara (ayam merah), sagu, itak (tepung beras), anggir pangurason (jeruk purut), ihan (ikan batak, sejenis ikan jurung), assimun (mentimun), boras (beras), pira (telur).
Upacara ini dilakukan pada pagi hari sampai sore hari,tetapi terdapat jam istirahat pada jam 12.30 sampai 13.30. Ritual Manguras Tao juga diiringi musik yang dinamakan Gondang.
Gondang ini bukan hanya satu jenis, namun terdapat beberapa jenis dari gondang. Selain itu, pada pelaksanaan ritual Manguras Tao ini, yang diperkenankan untuk berbicara selama proses upacaranya hanya Pemimpin Upacara.
Nah, bagi masyarakat Batak Toba upacara Manguras Tao ini bukan hanya berfungsi sebagai pengabadian kebudayaan dan adat turun temurun, tetapi adat atau ritual ini ialah sesuatu yang mencakup seluruh jasmani dan rohani, termasuk hubungan antara manusia dengan pencipta dan sesama manusia.(*)