Tobaria – Air Terjun Naisogop letaknya berada di Desa Sarimarrihit, sekitar 15 km dari pusat Kabupaten Samosir. 

Daya tarik utama dari tempat wisata ini pastinya air terjunnya yang indah dan memanjakan mata. Semburan air itu mengalir dari ketinggian 7-12 meter dengan debit air yang cukup besar. 

Derasnya debit air itu menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat ini. Selain indah, tempat ini cocok buat kamu yang ingin healing sejenak dari riuhnya perkotaan. 

Terletak di kawasan perbukitan dengan hutan yang masih rimbun, air terjun ini memanglah sesuai buat para pegiat petualangan di alam leluasa. Sebab buat melancong ke situ, wisatawan pastinya butuh melewati medan yang lumayan ekstrem. 

Jalan tracking mengarah ke air terjun merupakan tanjakan serta turunan dengan bebatuan yang lumayan terjal. Tetapi perihal itu malah yang menjadikan air terjun ini menarik, ialah sebab sangat natural serta betul- betul menunjukkan sisi keelokan alam dari danau Toba. 

Selain itu, di sekeliling Air Terjun Naisogop terdapat bukit-bukit dengan bebatuan dibalut hijaunya dedaunan dan pohon yang rindang. Pastinya menambah suasana sejuk dan tenang. 

Bagi kamu yang hobi bermalam di alam terbuka, di tempat ini kamu bisa berkemah. 

Kamu bisa menikmati keindahan Air Terjun Naisogop selama seharian penuh dari pagi hingga malam hari. 

Suka mengabadikan momen dan di unggah ke media sosial? Tempat ini juga cocok untuk jadi spot foto yang pastinya instagramable. Kamu bisa selfie dengan latar belakang air terjun. 

Air Terjun Naisogop (instagram.com/siparjalang) 

Harga Tiket 

Harga tiket masuk untuk menikmati pesona air terjun ini, biaya retribusi Rp7.000. Dengan harga segitu kamu akan disambut oleh aliran air yang jernih, dan tak sabar untuk langsung nyebur menikmati dingin dan segarnya air dari air terjun ini. 

Kisah Legenda 

Mengutip beberapa sumber, kisah itu menceritakan dua anak desa yang saling mencintai satu sama lain dan memutuskan untuk menikah. Setelah menikah, sang suami harus merantau untuk mengadu nasib. 

Setelah beberapa bulan merantau, sang istri tak kunjung mendapatkan kabar dari suaminya. Namun, rasa cintanya masih terus bertahan dan menjaga rasa kesetiaannya kepada sang suami. 

Kemudian, sang istri yang sudah hamil dan melahirkan seorang anak itu lama-lama murka terhadap suaminya karena tak kunjung mendapatkan kabar. Ia menduga suaminya sudah menikah dengan wanita lain di perantauan. 

Sang anak pun disia-siakan oleh ibunya. Ia merasa tidak terima karena sudah ditinggal. Namun, tiba-tiba sang suami kembali ke rumah dan membawa popok serta perlengkapan bayi. Sang istri menyesal telah menyia-nyiakan sang anak. (*)