Sumatera Utara dikenal sebagai Tanah Batak yang masyarakatnya identik memiliki nama belakang dari keturunan atau disebut marga.

Hingga saat ini, diketahui marga dalam Suku Batak dari berbagai puak mencapai hingga 400 marga. Maka jangan heran, ketika anda berkunjung ke Sumatra Utara akan menemukan ratusan tugu pemersatu marga di seluruh daerah yang ada di Sumatra Utara.

Sama seperti di beberapa daerah lainnya di Indonesia, kita akan menyaksikan banyak tugu didirikan untuk mengenang sesuatu atau seseorang.

Selain tugu para Pahlawan Bangsa ada juga tugu yang menunjukkan simbol ke khasan suatu daerah. Namun di Tanah Batak, yang tidak kalah populer tentang keberadaan tugu ini, adanya bangunan-bangunan tugu yang disimbolkan sebagai pemersatu keturunan setiap Marga Batak .

Keberadaan tugu ini akan anda  saksikan di setiap jalan yang anda lintasi. Karena setiap daerah memiliki silsilah marga yang berbeda. Jadi dengan keberadaan tugu ini, kita bisa mengenal asal-muasal dari sebuah marga pada Suku Batak.

Mendirikan tugu di Tanah Batak, tidaklah bisa dari hasil pemikiran atau kekayaan seseorang. Namun ide mendirikan tugu akan diberitahukan kepada khalayak umum yang bersangkutan, dengan perencanaan pembangunan tugu tersebut.

Biasanya pembangunan tugu didirikan oleh keluarga dari satu keturunan marga. Contohnya Tugu Toga Aritonang, Tugu Toga Sinaga, Tugu Raja Sonang, Tugu Toga Pandiangan, Tugu Parsaktian Guru Tatea Bulan dan lain sebagainya. Maka dalam pembangunan tugu ini, akan berkontribusi seluruh marga atau keturunan yang berasal dari satu garis keturunan.

Parsaktian Guru Tatea Bulan yang berada di Kecamatan Sianjurmulamula-Kabupaten Samosir.

Jenis bangunan tugu tidaklah menjadi identitas tertentu dari silsilah marga, karena jenis tugu  berornamen sederhana hingga berornamen mewah semua merujuk kepada kemampuan ekonomi dari masing-masing keturunan leluhur Suku Batak.

Prinsip, “Dos Ni Roha Sibahen Nasaut,” adalah tentang kebersamaan dari setiap keturunan untuk mendirikan tugu peringatan tentang keberadaan leluhur dari satu marga. Hingga saat ini Suku Batak dikenal dengan suku yang sangat menghormati leluhurnya.

Dan melalui keberadaan tugu inilah diharapkan keturunan batak yang tahu marganya namun tidak mengetahui asal usulnya, dan biasanya mereka ini adalah orang-orang perantau yang sudah lama tidak kembali ke kampung halaman.

Bisa terbantu untuk mencari jati dirinya, hal inilah keistimewaan Suku Batak. Melalui identitas marga, hubungan kekerabatan bisa ditelusuri.

Dan saat ini, keberadaan tugu tersebut tidak hanya menjadi identitas dari satu marga saja, namun banyak juga para pengunjung baik Wisatawan Mancanegara (Wisman) maupun Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang penasaran dan mencari tahu apa tujuan dari keberadaan tugu-tugu tersebut.

Dan bagi sebagian pelaku pariwisata, keberadaan tugu ini sudah merupakan wisata ziarah dan saat ini mulai diminati oleh para pengunjung yang datang ke Sumatra Utara. *jmh