Sudah banyak kesenian nusantara yang semakin hilang dikalangan masyarakat, Perubahan jaman telah mengikis sendi-sendi budaya nusantara. Dengan gencarnya budaya luar masuk ke Indonesia, membuat adat istiadat bangsa ini makin punah. Banyak kesenian music tradisional nusantara, contohnya music khas batak Toba yaitu ‘’uning-uningan’’. Music tradisional ini biasanya dimainkan oleh para remaja sampai kaum tua. Alat music tradisional ini menggunakan bahan yang ada disekitar alam, seperti bamboo , kayu , dan kulit lembu.

Pengertian  uning-uningan berarti, suara bongor dan sihil yang bersahut-sahutan. perkataan uning-uningan berasal dari dua kata un dan ing. Un berarti suara yang rendah (bongor) dan ing berarti suara yang tinggi (sihil). Uning-uningan merupakan bentuk imitasi dari gondang sabangunan. Selain berfungsi sebagai alat untuk memanggil roh, fungsi lain dari Uning-uningan adalah  sebagai alat komunikasi antara manusia dengan  Sang Pencipta (Mula Jadi na Bolon). Masyarakat batak didanau Toba sangat akrab dengan music gondang tersebut.

Alat music tradisional danau Toba ini terdiri dari beberapa jenis alat musik yang dipakai, antara lain jenis aerophone (alat musik yang ditiup) terdiri dari sarune na met-met, sulim, sordam, tulila, tataloat, salung dan along-along. Jenis chordophone (alat musik yang dipetik) terdiri dari hasapi, tanggetong atau mengmong dan sidideng. Jenis idiophone (alat musik yang dipukul) terdiri dari garantung, saga-saga, jenggong dan hesek. Kemudian jenis membranophone (alat musik yang terbuat dari kulit binatang) terdiri dari gardap.

Biasanya, dalam pertunjukan musik tradisional uning-uningan, tidak semua alat musik ini digabung dalam satu ensambel, tetapi dipilih beberapa jenis saja (biasanya tiga sampai enam jenis alat musik dalam satu ensambel). Yang penting dalam uning-uningan harus ada paling sedikit satu jenis alat musik yang berfungsi sebagai pembawa melodi dari repertoar yang dimainkan. Misalnya, sebuah sarune na met-met, seperangkat garantung, dua buah hasapi (hasapi ende dan hasapi doal), sebuah sulim dan sebuah hesek.

Fungsi lainnya, uning-uningan digunakan sebagai pelengkap pembacaan doa bagi kesembuhan orang sakit. Music ini dimanfaatkan sebagai pengantar doa permohonan untuk mendapatkan keturunan. Saat upacara berlangsung, biasanya dilengkapi beberapa umpasa (umpama) yang dibacakan penatua kampung. Isiumpasa tersebut disesuaikan dengan keadaan orang yang akan didoakan. Contohnya, Bintang na rumiris, ombun na sumorop, Anak pe antong riris, boru pe antong torop (Bintang yang bertabur, embun yang berserakan, anak laki-laki pun banyak, anak perempuan pun banyak).

Hadirin spontan menyahuti umpama tersebut dengan seruan,?Ima tutu? (semoga benarlah adanya). Untuk fungsi secara pribadi, beberapa perangkat uning-uningan bisa dimainkan sendiri-sendiri. Seorang ibu hamil, bisa memainkan garantung agar kelak anaknya lahir dalam keadaan sehat.

Seorang kakek juga sering memainkan hasapi begitu mendengar kabar kelahiran cucunya. Sedangkan sordam dimainkan para orangtua yang sedang bersedih hati pada malam ketika suasana sudah benar-benar sepi. Kini, uning-uningan sudah semakin jarang dimainkan. Selain itu, dalam setiap horja biasanya kalangan raja-raja juga menarikan tarian adat tortor, sehingga tortor tersebut dinamakan tortor rajaraja, dan tortor yang ditarikan oleh kalangan muda-mudi disebut tortor na poso na uli bulung.

Agaknya, generasi muda sekarang takut dicap kolot bila memainkannya. Mereka lebih memilih untuk memainkan atau mendengarkan musik yang lagi tren. Padahal music tradisional suatu daerah memberi pelajaran tentang pentingnya kita menghormati dan mejaga kelestarian alam dan kekayaan warisan nenek moyang hingga kelak dapat diteruskan kepada anak cucu.