Tobaria – Martumba adalah tarian tradisional masyarakat Batak Toba yang berasal dari Sumatera Utara. Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan berasal dari aktivitas harian masyarakat di sekitar Danau Toba.

Nama “Martumba” diambil dari bunyi alu (andalu) saat digunakan untuk menumbuk padi di lesung, yang menghasilkan irama “tum…ba…tum…ba” sebagai inspirasi dari nama tersebut.

Sejarah dan Asal-Usul Martumba

Pada mulanya, Martumba dilakukan oleh gadis-gadis muda yang sedang menumbuk padi. Aktivitas ini sering menjadi ajang berkumpul, di mana para pemuda yang mencari pasangan hidup (martandang) turut bergabung.

Dalam suasana tersebut, mereka saling berbalas pantun dan bernyanyi mengikuti irama tumbukan alu. Lirik yang dinyanyikan biasanya berisi doa, harapan, dan refleksi atas kehidupan sehari-hari.

Tradisi ini umumnya dilakukan di halaman rumah pada malam hari, terutama saat bulan purnama. Cahaya bulan memberikan suasana yang hangat dan menyenangkan, menciptakan momen kebersamaan di antara masyarakat. Seiring waktu, seorang perempuan mulai menyusun irama Martumba agar lebih terstruktur dan sesuai dengan lagu serta pantun yang dibawakan.

Keunikan Gerakan dan Harmoni Irama

Tarian Martumba memiliki keunikan yang membedakannya dari tortor Batak. Penarinya membentuk lingkaran dan menari sambil bernyanyi bersama.

Gerakan tarian ini melibatkan tepukan tangan, lompatan, dan hentakan kaki yang seirama dengan musik. Nyanyian yang mengiringi tarian seringkali berisi pantun penuh pesan dan nasehat bijak, menciptakan harmoni sempurna antara seni gerak dan lagu.

Martumba tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga mencerminkan keindahan gerakan yang estetis dan menciptakan keselarasan sosial dalam masyarakat Batak Toba. Setiap gerakan yang dilakukan menampilkan harmoni antara keindahan fisik (gerakan) dan nilai spiritual (makna mendalam).

Makna Sosial dan Filosofis

Selain sebagai hiburan, Martumba juga memiliki fungsi sosial yang penting. Tarian ini menjadi wadah untuk mempererat hubungan antar warga, membangun komunikasi, dan melatih kerja sama. Dalam tradisi Batak Toba, Martumba sering menjadi ajang bagi para pemuda untuk menemukan pasangan hidup.

Nyanyian dalam Martumba menyampaikan pesan-pesan pendidikan, doa, harapan, dan nasehat bijak, menjadikannya sarat dengan nilai-nilai filosofis. Gerakan tarian yang teratur menggambarkan keseimbangan antara keindahan tubuh dengan nilai moral, sehingga menjadikan Martumba sebagai bentuk seni yang mendalam secara spiritual.

Evolusi Musik dan Kostum

Pada awalnya, musik pengiring Martumba menggunakan alat-alat sederhana seperti tampi, bakul, dan peralatan rumah tangga lainnya. Alat-alat ini menghasilkan irama yang khas, tetapi seiring perkembangan zaman, musik Martumba mulai menggunakan alat-alat modern yang lebih bervariasi.

Kostum penari juga mengalami perubahan. Dahulu, pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari, tetapi kini dirancang dengan warna-warna cerah untuk mencerminkan semangat kegembiraan. Perubahan ini membuat Martumba menjadi pertunjukan seni yang lebih menarik dan terorganisasi.

Martumba di Era Modern

Meskipun Martumba memiliki sejarah panjang dan penuh nilai budaya, keberadaannya kini mulai jarang dijumpai. Tradisi ini menghadapi tantangan di tengah arus modernisasi. Namun, beberapa komunitas budaya di Sumatera Utara masih berusaha melestarikannya melalui pelatihan dan pertunjukan seni.

Martumba bukan hanya cerminan kehidupan masyarakat Batak Toba, tetapi juga simbol semangat, doa, dan harapan. Melestarikan Martumba berarti menjaga kekayaan budaya yang sarat nilai dan identitas, sekaligus mempererat kebersamaan dan harmoni dalam masyarakat.(*)