Marmula sian ho do angka situmalo

Debata sitompa langit dohot tano

Ho do mula ni duhut marlata Dohot mula ni onggang marsuara

Yang artinya “Allah Maha Besar, berasal dari padaMu segala kebijaksanaan, Allah pencipta langit dan bumi, Engkaulah permulaan kebijaksanaan, permulaan segala benih rumput dan suara dentuman”

Umpasa ini menjelaskan bahwa masyarakat Batak Toba sangat  menjunjung tinggi nilai ketuhanan dan saling menghormati. Meyakini Debata Mulajadi Nabolon sebagai Debata Pargomgom (Allah yang melindungi), yang empunya kekuasaan terhadap bumi dan segala isinya.

Kalimat ungkapan ini adalah  doa yang dipanjatkan saat akan menyerahkan kurban syukuran kepada Debata Mulajadi Nabolon.

Melalui Ritual Mangalahat Horbo masyarakat Batak Toba mempersembahkan kurban berupa seekor kerbau pilihan sebagai ucapan syukur atas berkah yang telah diterima dan berharap doa-doanya akan dikabulkan. Seluruh tamu yang hadir wajib menggunakan tenun khas Batak yaitu ulos.

Ritual Mangalahat Horbo ini biasanya dilakukan pada upacara adat besar. Upacara ini sebelumnya terlaksana atas persetujuan Raja Bius dan Tokoh Masyarakat/Adat setempat.

Dan diadakan saat syukuran usai panen raya, atau syukuran dalam bentuk permohonan/mangelek. Dengan tujuan apa yang diharapkan agar segera terkabul dan diberkati oleh Debata Mulajadi Nabolon.

Keterangan : Sesaat sebelum diadakan tortor penyerahan tombak, kerbau tampak bertekuk hingga dibangunkan kembali.

Upacara ini dipimpin oleh seorang Pemimpin Ritual yang dihadiri Raja Bius, Tokoh Masyarakat/Adat dan Masyarakat. Berbagai hal untuk kebutuhan ritual akan dipersiapkan secara bersama-sama.

Dan terkhusus untuk ritual mangalahat horbo, kerbau yang dipersembahkan adalah kerbau pilihan, memiliki ciri-ciri khusus dan disebut  “Horbo Laelae.”

Segala hal yang dibutuhkan dalam proses ritual persembahan kerbau terlebih dahulu sudah melewati penyucian, yaitu dipercik dengan air jeruk purut oleh pemimpin ritual. Tujuan penyucian ini, agar kerbaunya menurut dan pasrah saat akan disembelih.

Tali untuk mengikat kerbau terbuat dari tali ijuk dan suhil dari rotan. Dan tempat untuk menambatkan kerbau disebut borotan. Borotan adalah jenis kayu yang  berasal dari Pohon Beringin, dilambangkan sebagai hariara sundung dilangit, bagian pohon yang diambil adalah batangnya.

Lalu batang pohon ini ditancapkan pada lubang, yang telah disiapkan di tengah lapangan dimana upacara akan diadakan. Bagian atas borotan akan dipasangi pacak yang juga memiliki makna filosofis.

Pacak-pacak tersebut dilengkapi dengan jenis daun-daunan yang dipercayai, sebagai bagian dari ritual habatahon yaitu baringin, jabijabi, motung, silinjuang, sisangkil, sipilit, rudang, meang, bagure dan lain sebagainya.

Setelah segalanya bersiap maka dipanjatkanlah doa-doa kepada Debata Mulajadi Nabolon. Dan pada prosesi penggiringan kerbau, akan didampingi oleh sekitar 7 orang berikut Pemantom.

Pemantom inilah nantinya yang akan menombak kerbau sampai rubuh, setelah mengelilingi borotan sebanyak 7 kali. Upacara ini berlangsung diiringi gondang sabangunan dan acara manortor bersama.

Keterangan : Para tamu lokal maupun mancanegara manortor bersama horja bius tomok

Darah dari kerbau inilah yang dipersembahkan kepada Debata Mulajadi Nabolon, lalu darat tersebut didoakan dan ditutup kembali dengan tanah.

Sementara daging kerbau akan disembelih dan dibagi-bagikan kepada masyarakat tanpa kecuali sebagai simbol berkat itu rata diterima siapa saja yang hadir dalam upacara tersebut.

Inilah keunikan Tradisi Batak Toba dalam setiap upacara adat yang dilaksanakan, keberagaman dengan berbagai filosopi.

Banyak hal atau cara mengungkapkan ucapan syukur dan cara menyampaikan doa kepada Sang Pencipta agar senantiasa segala permohonan doa dikabulkan.