Tobaria,- Seperti yang kita ketahui, Indonesia bukan hanya kaya akan potensi alam yang begitu indah, tetapi juga kaya akan kuliner nusantara yang digemari para pelancong dunia. Tak heran, banyak turis yang berkunjung ke Indonesia alasannya adalah untuk mencicipi makanan Nusantara. 

Rasanya benar, datang ke suatu daerah kurang lengkap rasanya jika tidak mencicipi makanan khas setempat. Terlebih tempat tersebut terkenal dengan makanan tradisionalnya yang cukup melegenda yang menggoyang lidah. 

Salah satunya adalah Kue Pohul-Pohul, yang merupakan kudapan khas tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara. Kudapan yang satu ini sering dijadikan buah tangan dalam kunjungan adat. Misalnya saat membahas rencana pernikahan antar keluarga. 

Asal-Usul Kue Pohul dalam Adat Batak

Dahulu, Pohul-Pohul sering disajikan dalam acara adat batak marhusip. Marhusip merupakan sebuah musyawarah adat persiapan pernikahan sepasang calon pengantin. 

Yang ikut di dalam musyawarah ini biasanya adalah raja adat dari pihak perempuan dan pihak laki-laki untuk mencapai kesepakatan adat pernikahan kedua pasangan mempelai. 

Didalam musyawarah marhusip seringkali terjadi diskusi yang panjang bahkan sampai terjadi keributan suara karena semua pihak memberikan pendapatnya ini terjadi demi mendapatkan kesepakatan yang matang dan sesuai dengan norma-norma adat-istiadat dalam masyarakat Batak. 

Keadaan di dalam musyawarah marhusip ini disebut seperti “purpar pande dorpi jumadihon tu rapotna”. Yang berarti seperti tukang kayu yang sedang mengerjakan dinding menimbulkan suara gaduh dan ribut untuk menghasilkan dinding papa yang tokoh, rapat dan kuat. 

Makna Pembuatan Kue Pohul-Pohul

Dilansir dari bobo.grid.id, Pohul-pohul tak hanya sekedar kue ringan. Terdapat filosofi dialamnya, makna pohul-pohul jika dihubungkan dengan adat ini ada dua. Pertama adalah, seperi cara membuat pohul-pohul yang dikepal kuat sehingga membentuk kue yang tidak mudah hancur. 

Hal ini memiliki makna bahwa perdebatan dan diskusi yang terjadi selama musyawarah marhusip tersebut adalah untuk menghasilkan keputusan yang kuat. 

Makna yang kedua adalah pada bekas kelima jari dalam permukaan kue Pohul-Pohul menggambarkan dua hal. Yakni jabatan tangan yang berarti tanda kesepakatan dan lima waktu penting dalam budaya Batak (hatihasilima). 

Hatihasilima yakni,

  1. Saat matahari terbit (Poltak mata ni ari)
  2. Pagi Hari (Pangului)
  3.  Tengah Hari (Hos Ari)
  4. Jelang Sore (giling ari)
  5. Matahari terbenam (bot ari)

Maksudnya adalah dalam kelima waktu itu, pihak perempuan dan laki-laki yang akan menikah harus mengingat kesepakatan yang sudah dibuat dan selalu siap untuk saling membantu di dalam persiapan pernikahan. 

(Dok. Istimewa)

Cara Membuat Pohul-Pohul

Untuk membuat Pohul-Pohul terbuat dari tiga bahan utama, yaitu : 500 gram tepung beras, 1,5 butir (600 gram) kelapa parut, dan 150 gram gula merah. Ketiga bahan tersebut dicampur dan ditambahkan dengan sedikit air masak yang sudah didinginkan. 

Setelah semua bahan tercampur dengan baik, ambil sedikit adonan dan dikepal-kepal kuat dengan jari. Sehingga adonan tersebut berbentuk bulat memanjang dengan bentuk jari-jari bekas kepalan tangan tadi.

Inilah kenapa nama kue ini disebut pohul-pohul, diambil dari bahasa batak yang artinya adalah kepalan tangan.

Ada dua cara untuk menyajikan kue pohul-pohul ini, yaitu dibiarkan mentah begitu atau dikukus.

Untuk penyajian pohul-pohul yang mentah, adonan yang sudah dikepal-kepal tadi dapat diletakkan di atas piring kecil dan langsung bisa dimakan. Tetapi ada juga yang menambahkan sedikit santan encer, beberapa butir beras mentah, dan irisan gula aren.

Sedangkan penyajian yang lain adalah dengan mengukus adonan di dalam dandang selama 15 menit sampai matang. Lalu dapat disajikan dan dimakan.

Eksistensinya Kini

Saat ini, kue Pohul-Pohul tidak hanya disajikan dalam adat marhusip saja. Kue ini juga banyak dibuat untuk sekedar camilan di rumah dan pesta perayaan berbagai macam acara. 

Itulah informasi mengenai salah satu makanan tradisional khas Sumatera Utara yang dipertahankan hingga saat ini, bagi Sobat yang berkunjung ke Sumut jangan lupa cicip makanan ini ya! (*)