Launching ratusan busana di Indonesian Fashion Parade 2020 (IFP 2020) berlangsung meriah, bahkan beberapa desainer berhasil menjual karya busananya. Fashion show IFP 2020 digelar di Hotel Sahid Raya Jogjakarta, pada pertengahan September lalu yang diikuti oleh  puluhan desainer Indonesia. Ajang perhelatan IFP 2020 diselenggarakan dengan mengikuti tata aturan yang berlaku di masa Pandemi Covid-19.

Berawal dari keprihatinan di masa Pandemi Covid-19, banyak para desainer yang beralih menjadi pedagang makanan hingga menjual masker. Athan Siahaan yang menjabat sebagai Comissioner Of Indonesian Fashion Parade menyampaikan, “Pandemi Covid-19 telah banyak mempengaruhi kehidupan kita, keterpurukan ekonomi yang kita alami harus segera kita akhiri.

Di jelang new normal ini, kita cukup membiasakan diri untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Melalui moment IFP 2020 ini, saya mengajak para  perancang busana agar kembali memacu kreativitasnya. Kita harus kembali bangkit dan menghasilkan karya busana.”

Athan Siahaan
Athan Siahaan dengan Busana Ulos koleksinya.

Melalui IFP Athan bersama puluhan desainer lainnya, meluncurkan parade busana dengan tema “Sekar Jagad.” Athan sendiri menyajikan  busana yang terbuat dari kain tenun bermotifkan ulos, yang terbuat dari kain tenun berbahan ramah lingkungan tanpa sentuhan kimiawi.

Dia berharap IFP 2020 dimanfaatkan oleh para desainer muda, berbakat baik lokal maupun mancanegara sebagai wadah  untuk tetap kreatif dan menghasilkan karya.

Keterangan : Koleksi Busana Ulos buatan Athan Siahaan

Kepada Tobaria, Athan menyatakan kecintaannya akan kain tenun etnik bermotifkan ulos dari Tanah Batak. Pria kelahiran Balige ini, memulai debutnya sejak tahun 2009 dan sudah melahirnya ratusan karya  busana baik motif modern maupun motif etnik. Motivasi dibalik pembuatan busana tersebut adalah untuk bersama mendapatkan sisi penguatan ekonomi dan upaya turut melestarikan warisan leluhur Bangsa Batak.

Baginya usaha seorang pembuat motif benang, petenun kain ulos, penjual kain ulos hingga designer busana, adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpecah. Kesatuan inilah yang kelak akan melestarikan keberadaan kain tenun bermotifkan ulos tersebut.

Dan dari upaya pelestarian itu, setiap talenta yang menghasilkan kain tenun bermotifkan ulos, otomatis akan mendapatkan penguatan nilai ekonomi.

Menurutnya, dia sangat menikmati keseluruhan proses pembuatan satu busana. Terkhususnya busana yang terbuat dari kain tenun bermotifkan ulos. Dengan mengusung tema “The Power Of Ulos.”

The Power Of Ulos adalah impian yang akan  terus memacu kreativitas seorang Athan sebagai bagian dari Bangsa Batak. Dia percaya dalam ulos terpatri tondi, cukup menyakralkan ulos bila di kegiatan religi dan etnik, dan dengan ulos dia merasa harus memberi nilai tambah pada semua pihak terkait. Petenun ulos di kampung juga harus menikmati hasil karyanya.

Kesabaran seorang Athan menekuni dunia desainer telah membawanya untuk mengikuti  Fashion Show International di  Rusia, Paris, Jepang, Hongkong, Bangkok, Malaysia, Singapore dan lain sebagainya.

Dan pengalaman show di Indonesia, Festival Payung Indonesia Di Borobudur, Festival Payung Indonesia Di Prambanan, Colourful Indonesia Di Jakarta, Jogja Fashion Rendezvous di Jogjakarta, Cultural Etnik di Bali, Bekasi Fashion Week, Karawang Fashion Culture, Indonesia Fashion Parade di Yogyakart Jogjakarta dan masih banyak moment pagelaran busana lainnya yang telah diikuti.

Impian Athan selanjutnya adalah, dia ingin membuat pagelaran busana dari kain bermotifkan ulos di Bonapasogit atau kampung halamannya.