Danau Toba mempunyai luas 100 Km, lebar 30 Km dan mempunyai 7 Kabupaten, meski berada di daerah tanah gunung api caldera , tanah disini cukup subur. Kekayaan alamnya begitu melimpah , di darat maupun di danau nya . Masyarakat di Danau Toba mempunyai sejarah Panjang dalam strategi ketahanan pangan , ornament – ornament yang ada di dalam rumah masyarakat batak membuktikan  nenek moyang mereka telah meninggalkan banyak pengetahuan tentang ketahanan pangan.

Salah satunya lumbung padi yang di buat di dalam rumah masing-masing, rumah  sopo atau yang biasa disebut rumah pendopo, di salah satu bagian rumah ini mereka gunakan sebagai (lumbung) penyimpanan padi dan bahan-bahan pertanian lainnya .

Secara turun temurun tradisi ini terus dilakukan, masyarakat disini sangat menjaga  tradisi yang sudah dilakukan dari dahulu kala. Padi atau biasa orang batak menyebutnya ‘’eme’’ adalah harta yang sangat berharga bagi masyarakat disini , makin banyak stock padi dilumbung maka makin aman untuk menjalani hidup selanjutnya.

Sopo tempat menyimpan hasil pertanian masyarakat batak Toba

Danau Toba mempunyai banyak titik persawahan , salah satunya di daerah seputaran Balige , jika kalian melewati desa kecamatan Porse  kabupaten Toba anda akan melihat pemandangan persawahan yang lebar membentang sepanjang jalan menuju kota Balige.

Setiap kampung disini mempunyai lahan persawahan yang cukup luas, bisa dikatakan salah satu  pendapatan terbesar di danau Toba adalah dari padi , petani padi disini biasa nya menanam dua kali setahun , setiap panen mereka akan menyisihkan sebagian hasil panen di lumbung padi di rumah mereka masing-masing. Saat ini pemerintah melalui kementerian PUPR telah mendukung dengan program ketahanan pangan yang berkelanjutan dengan membangun lima embung yang tersebar di daerah Danau Toba. Kelima embung itu adalah Embung Aek Natonang, Pea Parsinagaan, Pea Rihit, Pea Roba, dan Hairi Gorat.

Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR dalam keterangannya mengatakan, seiring dengan pertumbuhan pembangunan yang terjadi di kawasan Danau Toba guna mendukung percepatan pembentukan KSPN, tentunya kebutuhan akan air semakin tinggi. “Pembangunan embung untuk menampung air hujan yang turun sehingga tidak langsung mengalir ke saluran air seperti selokan. Air yang ditampung dapat digunakan untuk kebutuhan pada musim kemarau atau irigasi,” ujarnya.

Dengan meningkatnya pembangunan pariwisata diseputaran Danau Toba , padi juga bisa menjadi suatu sarana edukasi bagi para wisatawan yang datang ke daerah tersebut. Agro wisata adalah salah satu program yang bagus untuk dilakukan di wilayah yang kontur tanah nya banyak berbukit ini. Bukan hanya padi saja, masih banyak komoditas yang mendukung ketahanan pangan didaerah ini, tanah bekas letusan gunung api ini mempunyai ketinggian rata-rata seribu hingga seribu dua ratus meter dari permukaan laut  mempunyai tanah yang sangat subur, sangat banyak komoditas pertanian yang dihasilkan ditanah ini, bahkan kualitas hasil pertanian disini sudah banyak di eksport ke luar negeri.

Dalam keterangannya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, telah menyelesaikan pembangunan lima buah embung di Pulau Samosir untuk menambah untuk ketahanan air dan kedaulatan pangan. Salah satunya pembangunan embung dengan kapasitas tampung antara 1.000 hingga 500.000 m3 dan kedalaman dibawah 15 meter.

“Di beberapa daerah masih terdapat masyarakat yang masih kesulitan memperoleh air bersih. Realitas seperti ini menjadi perhatian Kementerian PUPR agar selalu berupaya menyediakan infrastruktur salah satunya melalui pembangunan embung” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

Pada Tahun 2018 jumlah embung sudah dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Sumber Daya Air sebanyak 103 embung. Dengan tambahan jumlah embung tersebut, maka selama empat tahun (2015 – 2018), jumlah embung yang dibangun 949 buah. Dan pada Tahun 2019 juga sudah dibangun 104 embung, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga total terbangun hingga 2019 sejumlah 1.053 embung.