Danau Toba merupakan salah satu perairan alami terbesar di Indonesia bahkan Asia. Bahkan kedalaman area tengahnya belum terdeteksi secara pasti sampai sekarang. Banyak peneliti yakin kedalamannya cukup berbahaya untuk diselami karena gelap, airnya cukup pekat tidak seperti meneliti perairan laut.

Luasnya sendiri sekitar 113.000 hektar. Wajar jika masyarakat sekitar Toba termasuk Pulau Samosir mengandalkan kehidupan disana. Sebagai pusat ekosistem berbagai makhluk hidup mulai dari hewan darat, aneka jenis ikan air tawar hingga tetumbuhan, warga hidup makmur disekitarnya.

Dengan sebuah kawasan yang besar semacam itu, menjadi seorang nelayan adalah sebuah mata pencaharian yang dominan bagi warga. Orang Batak sejak dahulu memancing ikan kemudian melakukan kegiatan jual beli maupun barter bahan makanan. Berbagai species ikan konsumsi berkembang biak didalamnya sehingga mereka hidup secara makmur.

Sampai sekarangpun profesi tersebut kian berkembang pesat bahkan didukung oleh pemerintahan setempat. Area danau bukan hanya sebagai sumber penghidupan melainkan pusat wisata ikonik Sumatera Utara. Di situlah pemerintah daerah memberikan perhatian penuh agar para nelayan bisa meningkatkan potensi sekaligus pendapatannya.

Kumpulan hasil ikan nelayan Danau Toba/antarafoto.com

Cara Nelayan Toba dalam Mengelola Perairan

Jika dulu masyarakat desa hanya tau cara memancing dan menyebar jala, sekarang metode baru telah muncul. Kebutuhan harian mendesak mereka untuk memikirkan inovasi cerdas demi meningkatkan penghasilan.

  1. Membuat karamba budidaya ikan sehingga nelayan tak perlu memancing dalam waktu lama. Mereka bisa mengembangbiakkan benih ikan air tawar dan menggunakan danau Toba sebagai habitat utamanya.
  2. Membuka restoran, rumah makan atau warung pinggiran. Warga sekitar memasak sendiri hasil tangkapan atau membelinya lewat nelayan lokal sekitaran danau. Masakan khas Batak seperti arsik, lobster air tawar serta ikan nila berbumbu tradisional kerap ditawarkan.
  3. Turut menyewakan perahu wisata kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Banyak orang melakukannya sebagai bisnis sampingan karena pendapatan dari nelayan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup. Terlebih lagi cara ini menarik perhatian turis yang ingin berkeliling melihat pemandangan danau secara langsung.
  4. Menyewakan fasilitas pancingan lengkap beserta umpan, jaring, dan perlengkapan lain. Tak jarang para nelayan memberikan panduan memancing secara tepat bagi pelancong. Melalui kegiatan ini, Anda bersama keluarga bisa menikmati indahnya suasana danau sambil menangkap ikan-ikan besar.
    Beberapa pemilik jasa pemancingan membuka area masing-masing. Jadi ikan hasil pancingan bisa dibawa pulang atau meminta pemilik tempat untuk memasakkan menu tertentu. Misalnya, ikan nila bakar, mujaer goreng, lobster bumbu khas Batak, apalagi disantap pakai sambal andaliman.
  5. Menjual hasil tangkapan khas Danau Toba sebagai oleh-oleh khas. Adapun contoh ikan endemik layak konsumsi disana yaitu pora-pora, ikan batak, serta jurung.

Pembuatan Keramba Sekaligus Tempat Wisata

Keramba jaring apung Danau Toba

Demi kesejahteraan nelayan Danau Toba, pemerintah mendukung adanya KJA yaitu Keramba Jaring Apung. Sifatnya dibuat ramah lingkungan agar tidak merusak ekosistem perairan. Terlebih lagi sekarang kondisi danau semakin memprihatinkan karena penurunan populasi beberapa jenis ikan endemik termasuk pora-pora.

Bahkan sewaktu Ibu Susi Pudjiastuti masih aktif menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, beliau melarang keras penangkapan ikan memakai peledak. Sekarang adanya KJA makin dikembangkan sebagai pusat wisata daerah. Kebutuhan konsumsi ikan air tawar nasional meningkat tiap tahun seperti 2019 sekitar 40kg per kapita.

Adanya Keramba Jaring Apung nyatanya bisa membantu mengembangkan potensi nelayan sekitar. Adapun tujuan lainnya mengurangi dampak kerusakan perairan, membantu pengembangbiakan spesies ikan demi berlangsungnya kehidupan warga disekitar Toba hingga Pulau Samosir.

Dari sini kita mengerti jika Danau Toba bukan hanya sebagai ikon pariwisata nasional kebanggaan orang Sumatera Utara. Akan tetapi, keberadaannya menjadi sumber penghidupan terutama bagi para nelayan. Oleh sebab itu, banyak inovasi baru diciptakan agar mereka bertahan hidup namun tetap menjaga kelestarian perairan tersebut.