Di antara pegunungan di Kabupaten Samosir, Gunung Pusuk Buhit merupakan salah satu gunung tertinggi hingga mencapai 1972 Mdpl. Apa yang dipikirkan para pendaki pemula ketika akan mendaki gunung ini, mungkin  bergumam dalam hatinya, “Mampukah saya mendaki hingga ke puncak ?”

Pertanyaan ini tidak sekali, dua kali atau berpuluh kali saya dengarkan. Hal ini biasanya terungkap sesaat pendakian akan dimulai. Sebelum Hari H, biasanya tim kami akan berkoordinasi segala hal dengan pengunjung yang akan mendaki melalui grup WA. Hanya satu saran saja yang kita  sampaikan, apapun tujuannya ke suatu tempat tetap ditekadkan dalam ketulusan, “Saya akan mencapainya,” dan dipastikan si pendaki pasti akan sampai di puncak.

Percaya atau tidak percaya, Gunung Pusuk Buhit merupakan gunung sakral yang diyakini sebagai awal peradaban Suku Batak. Percaya atau tidak percaya, di tempat ini masih kental dengan hawa mistis yang sesungguhnya tidak menakutkan namun menggugah hati kita bersama.

Bahwa bukan hanya kita si empunya kehidupan, namun ada ciptaan Allah yang terlihat maupun tidak secara kasat mata sebagai penghuni bumi ini.

Oh ya, kita kembali ke sensasi pendakian saja ya. Tentang rasa lainnya, biarlah itu menjadi kesan pribadi lepas pribadi setiap orang yang berkunjung ke Gunung Pusuk Buhit. Oh iya, sebelum kita melakukan pendakian ada beberapa hal yang kembali kita ingatkan kepada tamu yang akan mendaki. Selain  mempersiapkan bekal dan akomodasi lainnya.

Pertama sekali kita harus mempersiapkan fisik dan mental kita. Melakukan olahraga ringan  untuk melenturkan otot kaki saat akan mendaki nantinya. Lalu kembali mengingatkan tentang kesiapan mental, bahwa kita harus siap dengan segala kondisi apapun di luar sana karena kelengkapan fasilitas di rumah tidak akan kita temukan ketika kita sedang menjelajah di alam.

Lain lubuk lain ikannya, hal ini termasuk yang harus kita pelajari, bahwa lain tempat lain adatnya atau hukumnya. Dalam arti, melakukan apapun tim dan tamu harus saling berkoordinasi demi kebaikan bersama.

Selebihnya adalah mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan saat melakukan pendakian, dari mulai tas untuk tempat berbagai peralatan, tenda kemah, pakaian ganti (jaket, topi, kaos kaki, dll), kotak P3K, peralatan memasak, sepatu, hingga konsumsi selama berkemah.

Ok, kali ini kita akan memulai pendakian ke Gunung Pusuk Buhit. Ada 5 pintu masuk menuju Gunung Pusuk Buhit, yang pertama dari Sigulatti, yang ke dua dari Peabang, yang ke tiga dari Sitaotao, yang ke empat dari Hutaginjang dan yang ke lima dari Aek Rangat.

Karena beberapa pendaki kita adalah perempuan dan pemula dan  keberangkatan di  malam hari, masing-masing pendaki penggunakan headlamp dan jalur pendakian kali ini dari Sigulatti.

Jalur pendakian dari Sigulatti lumayan aman, karena memang merupakan jalur utama yang bisa dilalui kendaraan bermotor menuju puncak. Walau agak jauh namun jalurnya yang melingkar, dan tidak terlalu menanjak menjadi pilihan yang aman.

Lama perjalanan menuju puncak diperkirakan sekitar 4-5 jam. Cuaca cerah, dan kelengkapan cahaya cukup mendukung kelancaran pendakian. Dari kejauhan tampak cahaya lampu dari perkampungan masyarakat di bawah lereng Gunung Pusuk Buhit.

Begitu juga, hamparan Kota Pangururan bak Kapal Titanic yang melaju di atas air. Ya, dari ketinggian ini kita bisa melihat hamparan Danau Toba,  yang  memantulkan cahaya lampu dari perumahan masyarakat yang berada di pinggiran danau.

Di kiri-kanan jalan setapak menuju Gunung Pusuk Buhit,  ditumbuhi ilalang yang tingginya melebihi tinggi tubuh kita. Penggunakan sarung tangan dan penutup wajah sangat dibutuhkan untuk keamanan perjalanan.

Tidak terasa, pendakian sudah tiba di shelter pertama yaitu Batu Harbangan. Sebenarnya disebut shelter bukan karena ada bangunan untuk istirahat, namun lokasi yang lapang ini cocok untuk istirahat dan rebahan di atas tanah maupun bebatuan.

Tempat ini diyakini sebagai pintu gerbang menuju Gunung Pusuk Buhit. Terdapat altar dari bebatuan alam di tempat ini yang menyerupai gua batu.

Di lokasi ini terdapat banyak bebatuan berukuran besar yang memiliki warna gelap. Sebelum melanjutkan perjalanan, kembali diingatkan, agar tamu maupun tim untuk tidak berlaku sembarangan. Tidak meludah sembarangan, tidak buang air kecil atau air besar sembarangan, jangan berbicara sembarangan dan bersikap yang baik. Yang tujuannya adalah sesama agar saling menjaga sikap di tempat yang kita datangi.

Setelah istirahat yang  cukup, kemudian melanjutkan perjalanan menuju shelter dua yang ditargetkan sebagai tempat bermalam. Jalan yang dilalui selanjutnya adalah jalan berbatu, maka saling mengingatkan agar berhati-hati melangkah supaya tidak terpeleset atau tersandung bebatuan.

Setibanya di shelter dua, terlihat kelegaan di wajah para tamu. Sebagian memilih rebahan di atas lantai heliped dan sebagian lagi mulai sibuk mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai mendirikan tenda, mencari kayu bakar hingga mempersiapkan makan malam. Usai berbenah segala hal dan waktu sudah menunjukkan angka 23.00 Wib, maka kami memutuskan untuk istirahat.

Lokasi Heliped, tempat mendirikan tenda kemah di Gunung Pusuk Buhit.

Tidak beberapa lama kemudian, terdengar suara pendaki yang baru saja tiba di tempat kami berada. Sapaan horas terdengar, ternyata mereka adalah saudara sesama Suku Batak juga. Perlengkapan mereka seadanya, tujuan kedatangan mereka memang berbeda dengan kami. Kami untuk menikmati alam sedangkan mereka untuk berziarah. Setelah berbincang sejenak kami memutuskan untuk berbagi tempat untuk istirahat beberapa jam ke depan.

Malam yang syahdu hampir tidak ada gangguan, semua tertidur pulas. Sesekali saya terjaga dan menikmati musik alami yaitu suara dengkuran dari para lelaki penghuni tenda di sebelah kami. Tepat pukul 03.00 Wib, alarmpun bersorak-sorai membangunkan seisi tenda. Ada yang masih enggan untuk bangun dan ada juga yang sangat bersemangat. Yah, mereka adalah para pemburu sunrise, prediksi saya hari ini sunrise tidak akan memamerkan keindahannya.

Empatpuluh lima menit kemudian semua tim sudah terbangun dan berbenah untuk melanjutkan pendakian. Semua peralatan kami tinggal di dalam tenda di shelter 2 dan hanya membawa kebutuhan perjalanan secukupnya. Selanjutkan kami melanjutkan perjalanan, masing-masing menggunakan mantel hujan plastik. Agar pakaian yang digunakan tidak basah, karena embun pagi yang menempel di ilalang di sepanjang jalan yang akan kami lalui menuju puncak.

Satu jam kemudian kami tiba di puncak tertinggi Gunung Pusuk Buhit. Sambil olahraga ringan untuk mengurangi rasa dingin, para pemburu sunrise tampak bersiap. Dan yang ditunggu akhirnya tiba, walau bukan bias oranye yang muncul namun terang sudah hadir. Kabutpun datang dan pergi perlahan, memancarkan keindahan pagi itu.

Di puncak gunung ini terdapat altar tempat seserahan para peziarah yang datang. Yang sudah saya saksikan, tidak hanya Suku Batak yang datang ke tempat ini, namun banyak suku lain yang melakukan ziarah. Bahkan untuk sekedar berkunjungpun banyak tamu dari manca negara.

Bangunan altar yang berada di puncak Gunung Pusuk Buhit.

Memang tidak semua yang datang menampakan motivasi kedatangannya. Pada umumnya mereka percaya bahwa Oppung Siraja Batak benar adanya dan masih tetap bersemayam di tempat ini. Dan kembali ini adalah tentang penghormatan kepada leluhur dan sebagai sesama yang datang ke tempat sakral ini, kita wajib saling  menghormati kepercayaan masing-masing.

Dari ketinggian 1972 Mdpl, terlihat dengan jelas hamparan Danau Toba dan Kota Pangururan dipagi hari. Sangat indah, sungguh tidak terselami mahakarya Sang Pencipta.

Pebukitan berlapis-lapis terlihat nun jauh di sebelah kiri dan kanan Gunung  Pusuk Buhit. Aroma Pinus mulai mencuat bercampur dengan rasa dingin, semakin mengentalkan eksotisme Gunung Pusuk Buhit. 

Momen keindahan ini pastinya diabadikan rekan-rekan yang kami dampingi. Mereka mengambil berbagai latar gambar dan keindahan di puncak dari berbagai sudut.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Kebun Tua yang dipercayai juga bagian dari perjalanan leluhur Suku Batak. Tempat ini tampak tersembunyi, tidak semua orang yang tiba di puncak mengetahui keberadaan kebun tua dan gua yang ada disini.

Hawa sakralnya sangat terasa, dihadapan kami berdiri pepohonan tua yang masih kokoh berdiri dan disebelahnya ada gua tanah, dan di dalam gua terdapat mata air yang dipercaya bisa menjadi obat bagi berbagai penyakit.

Kami melanjutkan perjalanan ke sisi lain dari pintu masuk ke kebun tua. Di perjalanan turun, tampaklah lintasan yang dilalui subuh tadi saat naik menuju puncak. Jalur berliku, dimana kami harus melewatinya dengan berbaris rapi.

Yang paling depan sibuk ingin diabadikan begitu juga yang diurutan paling belakang. Kesemuanya sangat bersyukur dengan ciptaanNya dengan kesempatan yang boleh dijalani saat ini. Cuaca cerah membuat perjalanan ini tampak menyenangkan. Dari kejauhan tampak tenda kemah kami berdiri di antara ilalang yang tinggi di lokasi heliped.

Tidak jauh dari lokasi terlihat telaga yang bernama Tala. Telaga tersebut tidak pernah kering, namun terkadang airnya banyak dan terkadang sedikit.

Konon Tala tersebut memiliki kisah terkait tentang peradaban awal mula Suku Batak yang kesemuanya bertautan dengan keberadaan Oppung Siraja Batak di puncak Gunung Pusuk Buhit, begitu juga dengan beberapa batu besar dan salah satunya batu yang berukuran lebar bernama Batu Parrapotan yang berada di antara Tala dan lokasi kemah.

Batu berukuran besar dan lebar bernama Batu Parrapotan yang berada di Gunung Pusuk Buhit.

Telaga bernama, “Tala” yang berada di Gunung Pusuk Buhit.

Setiba di lokasi kemah, kami beristirahat sambil memasak untuk kebutuhan makan siang. Kemudian kami mendatangi Tala dan Batu Parapotan. Sungguh terasa suasana sakral  di tempat-tempat tersebut, mengapa begitu ? Semua kembali menjadi rahasia Sang Pencipta. Setelah menyampaikan kisah atau sejarah dari lokasi-lokasi sakral tersebut, kami kembali lokasi kemah untuk beristirahat.

Setelah pukul 15.00 Wib, kami memutuskan untuk turun dari Gunung Pusuk Buhit. Dimana cuaca mulai bergeser dari terik menjadi teduh, hal ini cukup mendukung perjalanan turun. Perjalanan yang cukup mengesankan dan tak terlupakan, dan mendengar kesan para tamu yang masih berkeinginan untuk datang lagi.

Perjalanan turun dari puncak Gunung Pusuk Buhit ke shelter 2.

Nah, buat kamu yang belum pernah ke Gunung Pusuk Buhit. Yok gabung dengan kami, Komunitas Pecinta Alam Jejak Petualang Toba. Tidak perlu membawa beban terlalu berat dari jauh, di posko kami juga menyewakan tenda camp dengan peralatan yang dibutuhkan selama ngecamp. 

Teman-teman yang ingin  membuat perencanaan dengan berkemah di Kabupaten Samosir silahkan menghubungi tim kami di nomor HP 085358485858.

Di edisi selanjutnya, masih tentang Gunung Pusuk Buhit. Kita akan mengupas kesan dari teman-teman yang sudah pernah berkunjung ke sana. Akhir kata, kami ucapkan sampai bertemu di Kecamatan Sianjurmulamula-Kabupaten Samosir.