Ritual Keagamaan atau Upacara Religi atau lebih dikenal dengan sebutan ritus, adalah komponen penting dalam sistem religi atau kepercayaan. Ritus dalam wujudnya merupakan aktivitas dan tindakan sebagai upaya manusia untuk berkomunikasi. Melaksanakan persembahan sesuai dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, melalui penghantaran doa kepada nenek moyang atau leluhur.

Ritus dilakukan melalui serangkaian tindakan berdoa, bersujud, bersesaji, makan bersama, menari bersama dan lain sebagainya. Dahulu upacara religi ini dilakukan sesuai  tenggang waktu yang telah ditentukan. Namun zaman modernisasi,  telah mengubah pola pandang khususnya masyarakat batak. Perlahan-lahan ritual keagamaan ini tidak rutin lagi dilakukan.

Pada dasarnya ritual adalah rangkaian tindakan pemeluk agama, dengan menggunakan media dan perlengkapan tertentu, tempat tertentu dan memakai pakaian tertentu pula.

Ritus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan rezeki dari suatu usaha. Atau bahkan melaksanakan upacara tolak bala, agar dihindarkan dari segala marabahaya atau penyakit.

Ritual keagamaan ini adalah warisan para leluhur, yang bertujuan untuk mendorong orang-orang untuk melakukan dan menaati tatanan sosial tertentu.

Melalui ritus para pelaksananya juga mendapatkan motivasi, dan nilai-nilai pemahaman kehidupan pada tingkat yang paling dalam.

Dilansir dari berbagai info, diyakini ritus dapat menghilangkan konflik, membatasi perpecahan dan membangun solidaritas masyarakat, mempersatukan perbedaan prinsip yang bertentangan dan memberikan kekuatan dan motivasi baru untuk hidup dalam masyarakat sehari-hari.

Seperti upacara ritual keagamaan yang dilakukan di Dusun Sosor Binanga di Desa Tarabunga, Kecamatan Tampahan-Kabupaten Toba beberapa waktu lalu.

Mereka mengaku sebagai umat beragama namun secara adat istiadat dan budayanya, mereka tidak bisa melupakan warisan dari nenek moyangnya.

Maka berdasarkan rasa hormat kepada leluhur, maka terlaksanalah ritus “Batak Marsomba Tu Debata Mulajadi Nabolon.

TOBARIA/Julina Martha Hutapea

Para pelaksana ritus menyebutkan tema dari upacara keagaamaan ini dengan, “Batak Marsomba Tu Debata Mulajadi Nabolon.” Adapun diadakannya  ritus ini dikarenakan kerinduan keturunan daripada cucu-cucu  Oppung Siraja Batak untuk duduk bersama.

Dan melalui ritus ini, mereka menyampaikan doa kepada Debata Mulajadi Nabolon melalui perantara para leluhur yang telah lebih dahulu menghadap kepadaNya.

Agar sekiranya segala usaha dari keturunan Oppung Siraja Batak diberkati dan di masa Pandemi Covid-19 ini setiap orang agar dihindarkan dari pandemi ini.

Pada saat prosesi upacara berlangsung, maka disampaikan doa-doa dengan didampingi alunan gondang sabangunan. Berbagai sajian istimewa yang biasa disajikan dalam ritual keagamaan juga tertata rapi dalam satu ruangan. Dan semua tamu yang hadir diwajibkan menggukan ulos sebagai salah satu tenun khas batak.

Dan menurut Amang Napitupulu, salah satu pemimpin upacara ritus itu, “Upacara ini akan kita adakan kembali di hari mendatang, karena upacara ini untuk mempersatukan persepsi kita tentang penghormatan kepada leluhur.

Agar senantiasa melalui perantara para leluhur kita, Debata Mulajadi Nabolon mendengarkan doa kita dan melindungi kita dari segala penyakit yang terjadi saat ini.”

Upacara ini berlangsung hikmat melalui serangkaian kegiatan pemujaan, mulai dari berdoa hingga menari bersama sebagai wujud syukur. Berharap doa-doa para pelaksana ritual ini didengarkan Debata Mulajadi Nabolon atau dalam bahasa persatuan Indonesia disebut Allah Yang Maha Besar.