Jakarta, TOBARIA.com – Siang itu, udara di kampus Universitas Pelita Harapan (UPH) terasa sejuk. Daun-daun di pepohonan tinggi bergoyang lembut, seolah ikut menyambut tamu istimewa yang datang dari jauh.
Dari tanah tinggi di tepian Danau Toba, rombongan Koperasi Geopark Danau Toba melangkah ke kampus megah ini dengan semangat membawa perubahan.
Bukan sekadar kunjungan, tapi pertemuan dua dunia antara kampus yang penuh gagasan dan desa yang kaya potensi. Antara teori dan realitas, antara ide dan kerja nyata.
Ruang Bernama SPARKLABS dan Semangat yang Menyala
Di sebuah ruangan bernama SPARKLABS, pertemuan itu dimulai. Tempat sederhana, tapi atmosfernya hangat dan penuh energi. Di sinilah masyarakat pelaku usaha dari empat kabupaten di Kawasan Danau Toba (KDT) duduk berdampingan dengan para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPH.
Mereka tidak berbicara dalam bahasa teori yang kaku, melainkan dalam bahasa perjuangan: tentang bagaimana potensi alam, budaya, dan kearifan lokal bisa bertumbuh menjadi ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Dr. Evo Sampetua Harianja menjelaskan pentingnya inovasi bisnis dan kolaborasi digital bagi wirausaha desa. “Jarak antara Karawaci dan Danau Toba bukanlah penghalang di era digital ini,” ujarnya tegas.
Di sampingnya, Dr. John Purba dan Dr. Paulus Yokie Radnan, pengelola SPARKLABS, menambahkan semangat bahwa universitas bukan hanya tempat menimba ilmu, tapi juga sumber penggerak perubahan sosial.
Bagi para peserta dari Danau Toba, kata-kata itu menembus hati. Jarak yang dulu terasa jauh tiba-tiba lenyap. Yang tersisa hanyalah semangat untuk belajar, berkolaborasi, dan membangun.
Menghidupkan Nilai SDGs dari Kampus ke Kampung

Kolaborasi ini bukan kegiatan seremonial. Tim UPH menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen nyata terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya dalam memperkuat ekonomi masyarakat pedesaan.
Para dosen datang bukan untuk memberi kuliah satu arah. Mereka datang untuk mendengar, mendampingi, dan memastikan proses perubahan benar-benar terjadi.
Bersama koperasi, mereka membangun sistem pendampingan berkelanjutan: dari manajemen usaha hingga strategi pemasaran digital, dari branding produk hingga akses pasar nasional dan global.
Seperti jembatan yang perlahan terbentang, dunia akademik dan dunia desa kini terhubung membawa ilmu pengetahuan menyeberangi perairan luas menuju tepian KDT.
Cerita dari Desa: Kopi, Kemiri, dan Harapan
Dalam sesi berbagi, Berliana Purba, Ketua Koperasi Geopark Danau Toba, memecah keheningan dengan cerita tentang agrowisata kopi di Desa Seribu Goa, Pakkat.
“Dulu harga kopi Robusta jatuh, banyak petani menyerah,” kisahnya. “Tapi sekarang, kopi kami tumbuh alami di antara pohon kemenyan. Organik, bahkan kadang liar seperti hutan. Kini Robusta kembali naik daun. Ini peluang yang harus kita tangkap.”
Cerita itu disambut anggukan penuh semangat. Karena kisah Berliana adalah kisah banyak orang di Danau Toba tentang bertahan, beradaptasi, dan terus mencari celah peluang di tengah keterbatasan.
Dari peserta lain, kisah tentang rempah, kemiri, dan hasil bumi Tanah Batak menggema. “Kalau dulu bangsa Eropa datang ke Indonesia karena rempah, sekarang giliran kita memperkenalkan rempah Danau Toba ke dunia,” ujar Damayanti Sinaga, anggota koperasi penuh keyakinan.
Di sela-sela pertemuan itu, mahasiswi UPH menampilkan inovasi produk hasil riset SPARKLABS. Ada sinergi yang nyata: antara ide muda dan pengalaman desa, antara teori dan kearifan lokal.
Dari Danau Toba untuk Dunia
Bagi anggota koperasi, kunjungan ke UPH bukan sekadar belajar tentang bisnis. Ini tentang melihat kemungkinan baru bahwa dari kampung pun, perubahan bisa dimulai.
Salah satu peserta pelatihan menuturkan dengan bangga, “Kami tidak ingin meninggalkan Danau Toba. Kami ingin membangun. Kami ingin membuktikan bahwa kampung juga bisa menjadi ruang tumbuh yang kreatif dan mandiri.”
Pesan itu menggema di ruangan. Di antara para dosen, mahasiswa, dan pelaku usaha, tumbuh kesadaran bahwa setiap usaha kecil dari tepian Danau Toba adalah bentuk cinta pada tanah kelahiran.
Satu Kunjungan, Seribu Inspirasi
Sesi pelatihan diakhiri dengan foto bersama di halaman utama kampus UPH simbol persahabatan baru antara dunia akademik dan dunia desa. Namun bagi rombongan dari Danau Toba, ini bukan akhir.
Mereka pulang dengan membawa lebih dari sekadar ilmu. Mereka membawa harapan bahwa sinergi ini akan melahirkan generasi baru wirausaha desa yang tangguh, kreatif, dan berdaya saing global.
Di setiap biji kopi, butir kemiri, dan harum rempah Tanah Batak, tersimpan cerita kebangkitan. Kebangkitan yang lahir dari kolaborasi, pengetahuan, dan rasa cinta pada bumi sendiri.
Dan di Karawaci hari itu, semangat baru untuk Danau Toba telah menyala.(*)
