Jakarta, Tobaria – Dari tepian Danau Toba yang sejuk, semangat baru itu menembus gedung-gedung tinggi ibu kota. Rabu, 22 Oktober, rombongan Koperasi Geopark Danau Toba datang ke Gedung SMESCO Jakarta untuk bertemu dengan jajaran Kementerian Koperasi dan UKM RI.
Mereka datang bukan sekadar membawa cerita, tapi juga visi besar: membangun ekonomi daerah yang tumbuh dari desa dan berjejaring hingga pasar nasional.
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Borobudur SMESCO ini menjadi ruang dialog hangat antara pengurus koperasi dan pejabat kementerian.
Diskusi mengalir tentang bagaimana koperasi dapat berperan lebih dari sekadar wadah usaha, menjadi penggerak rantai nilai dan agregator produk unggulan dari kawasan Geopark Danau Toba mulai dari kopi, kemiri, hingga hasil alam lainnya.
“Bisnis koperasi tidak boleh sama dengan bisnis anggotanya. Kalau anggotanya memproduksi kopi atau kemiri, maka koperasi harus jadi pihak yang mengagregasi dan menjualnya,”
— Bagus Rachman, Deputi Bidang Usaha Menengah Kemenkop UKM.
Pernyataan itu menjadi sorotan penting: koperasi harus naik kelas—bertransformasi menjadi pusat kolaborasi, inovasi, dan penguatan ekonomi daerah.
Dari Hasil Alam ke Nilai Tambah
Dalam sesi diskusi, pemerintah menekankan pentingnya koperasi memahami potensi wilayahnya dan membangun rantai nilai dari hulu ke hilir. Empat Asisten Deputi Kemenkop UKM kini menangani berbagai aspek penting, mulai dari akses permodalan hingga industrialisasi dan kemitraan strategis.
“Koordinasi antara koperasi daerah dan kementerian sangat penting untuk memetakan potensi, melatih SDM, dan membuka akses pembiayaan yang tepat,” jelas salah satu pejabat Kemenkop UKM.
Koperasi Geopark Danau Toba memperkenalkan diri sebagai rumah bagi pelaku usaha kecil dari kawasan sekitar Danau Toba, petani kopi, pengrajin, hingga pengusaha perempuan di sektor kuliner lokal. Mereka membawa satu tekad: menjadikan koperasi sebagai jembatan menuju ekonomi komunitas yang berkelanjutan.
“Kami ingin membangun koperasi yang tidak hanya kuat secara ekonomi, tapi juga membawa dampak sosial bagi masyarakat Batak di kampung halaman,”
— Berliana Purba, Ketua Koperasi Geopark Danau Toba.
Kolaborasi Menuju Koperasi Modern
Pihak Kemenkop UKM menyambut positif langkah koperasi ini. Visi mereka dinilai sejalan dengan misi pemerintah dalam membangun ekosistem kemitraan UMKM berbasis klaster, terutama di sektor potensial seperti kopi, kuliner, dan pariwisata. Dukungan pun dijanjikan dalam bentuk pelatihan, sertifikasi, hingga perluasan jaringan pemasaran.
Audiensi ditutup dengan semangat kolaboratif—komitmen bersama untuk menyiapkan model bisnis koperasi yang lebih adaptif, profesional, dan berdaya saing.
Para peserta juga mendapat inspirasi dari kisah ZEN-NOH di Jepang, koperasi pertanian raksasa yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Dari ruang rapat di Jakarta hingga perbukitan di Kawasan Danau Toba, satu hal terasa sama: semangat untuk tumbuh bersama. Koperasi Geopark Danau Toba kini menapaki babak baru dari koperasi desa menuju koperasi berdaya saing nasional, tanpa kehilangan akar dan jiwanya di Tanah Batak.(*)
