Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan adat istiadat, tersebar keseluruh sambang sampai marauke, ribuan pulau berjejer dengan pelbagai rempah-rempah yang tumbuh didaerah masing-masing. Oleh sebab itu, di Indonesia  banyak dijumpai makan khas asli nusantara, setiap daerah memiliki proses penyajian yang unik. Di danau Toba Sumatera Utara salah satunya, masyarakat yang tinggal diatas gunung api raksasa danau Toba ini memiliki makanan khas yang sangat unik yaitu ‘’NANIURA’’.

Panganan ini tidak dimasak, dengan menggunakan ikan yang masih mentah sebagai bahan utamanya, lalu dicampur dengan asam jeruk yang menjadikan ikan itu setengah masak karena proses fermentasikan oleh zat asam dan berbagai bahan campuran lainnya. Proses masak naniura membutuhkan waktu 3 sampai 5 jam, makanan khas yang disajikan setiap upacara adat  batak di danau Toba, dan juga sering dihidangkan pada saat ada tamu istimewa yang datang. Sekarang panganan ini sudah gampang ditemui di restoran daerah danau Toba dan sekitarnya.

Saat proses memasak di usahakan ikan masih dalam keadaan hidup, agar rasanya lebih segar dan kualitas protein di ikan pun masih terjaga, karena tidak direbus mau pun digoreng. Dengke naniura bisa menggunakan ikan mujair , ikan mas atau pun gurami.  Naniura dalam Bahasa batak artinya ikan yang tidak dimasak, dengan campuran bumbu khas yakni andaliman dan asam batak yang seperti utte sira atau asam jungga, dengan campuran tadi ikan tidak terasa amis sama sekali.

Andaliman adalah rempah khas yang tumbuh di hutan perbukitan danau Toba, seperti lada menambah rasa pedar bercampur pedas yang menggeliat di atas permukaan mulut dan lidah. Bumbu yang terlebih dahulu sudah disangrai dan digiling bersama lalu dioles kan secara merata ke seluruh bagian ikan. Ikan naniura ini mirip dengan masakan Jepang, seperti Sashimi dan Ceviche dai Peru.

foto : google.com

Masih dengan bahan ikan, masakan khas masyarakat danau Toba lainnya ialah ‘’ARSIK’’. Akan tetapi disini proses ikan dimasak, dengan bumbu yang hampir sama yang digunakan naniura, bedanya arsik menggunakan santan, dicampur dengan tambahan kacang Panjang, kecombrang atau bunga kincung, atau dalam bahasa suku batak Karo disebut asam cikala.

Masakan ini hampir rata kita jumpai diseluruh masyarakat di Sumater Utara. Arsik lebih populer ketimbang naniura, karena diproses secara dimasak hingga matang, durasi waktu dalam memasak ikan arsik membutuhkan waktu yang lama sekitar 3 jam, sehingga bumbu meresap kedalam daging ikan. Rempah-rempah juga digunakan seperti, lengkuas serai dan andaliman yang membuat rasa getir diseluruh bagian mulut. . Ikan arsik bisa menggunakan ikan mas,  ikan kakap atau pun mujahir. Sebelum memasak arsik, sisik ikan tidak boleh dibuang. Hidangkan Bersama nasi saat masakan masih terasa hangat, sambal menikmati pemandangan perbukitan yang berjejer.

Dengke (arsik) ikan mas biasanya disajikan pada saat upacara pernikahan adat batak di danau Toba. Ikan yang sudah masak akan disajikan utuh kepada sang kedua mempelai, pihak orang tua kedua pengantin beserta keluarga menyulangi dengan membaca doa-doa keberkahan agar senantiasa diberi keberkahan oleh Tuhan.

Banyak sekali panganan khas nusantara yang ada di Indonesia, hampir semua bahan dapat diperoleh disekitar pasar atau pajak sebutan pasar dalam bahas medan.