Tobaria – Ritual Erpangir Ku Lau merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Karo Sumatera Utara, tepatnya di Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo. Tradisi ini diajarkan leluhur dan dilakukan turun temurun.
Suku Karo adalah sub suku Batak yang memiliki peradaban dan pengetahuan yang tinggi. Masyarakat suku Karo dikenal pintar meramu obat-obatan dari tumbuhan secara tradisional.
Selain itu, masyarakat suku Karo juga terkenal masih melestarikan budaya dari para leluhur.
Salah satu tradisi dari yang masih diwariskan adalah ritual Erpangir Ku Lau. Masuknya pengaruh agama membuat tradisi ini jarang ditemui di masyarakat Karo. Namun, masih banyak yang melakukan ritual ini sembunyi-sembunyi karena dikeramatkan.
Mau tahu lebih jelas mengenai ritual Erpangir Ku Lau? Simak informasi berikut ini.
Erpangir Ku Lau adalah upacara mandi pangir untuk mengusir atau menyucikan diri dari pengaruh roh jahat. Erpangir artinya mandi. Ku Lau berasal dari kata Maba Ku Lau, artinya ‘membawa anak turun mandi’.
Ritual Erpangir Ku Lau telah ada sejak lama dan dilaksanakan setiap generasi. Selain mengusir roh jahat, ritual ini juga bertujuan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, menolak bala, dan mengatasi berbagai masalah.
Jadi, ritual ini harus dilaksanakan minimal satu kali setiap tahun. Apabila tidak melaksanakan Erpangir Ku Lau, masyarakat meyakini akan terjadi malapetaka.
Pelaksanaan ritual Erpangir Ku Lau tidaklah sulit. Tak seperti upacara adat yang meriah, Erpangir Ku Lau hanya dilaksanakan satu hari dengan hidangan sederhana.
Pemandian menggunakan beberapa jenis pangir atau ramuan. Bahan-bahan pangir untuk ritual berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Mulanya, ritual Erpangir Ku Lau menggunakan 11 jenis rimo (jeruk), yakni rimo mukur, rimo peraga, rimo malem, rimo gawang, rimo kayu, rimo kejaren, rimo kuku arimo, rimo manis, rimo nipis, rimo kersik, dan rimo bali.
Namun, karena sebagian besar sulit ditemui, maka lima jenis rimo saja sudah sah. Paling penting ada rimo mukur (jeruk purut) yang disakralkan oleh suku Karo.
Beberapa jenis pangir yang sering dipakai dalam ritual, antara lain
- Pangir selamsam untuk mimpi buruk, terdiri dari rimo mukur (jeruk puruk), baja (getah kayu besi), dan mangkuk putih.
- Pangir sitengah, terdiri dari empat jenis rimo (jeruk). Biasanya dilakukan di Lau Sirang, di mana air mengalir terbelah menjadi dua aliran.
- Pangir sintua (agung), terdiri dari penguras, tujuh jenis rimo (jeruk), dan wajan. Dilakukan di Lau Sirang dan diiringi Erkata Gendang atau alat musik Karo.
Ada beberapa nilai yang terkandung dalam ritual Erpangir Ku Lau, yaitu:
- Nilai Sosial (Harmonisasi, Kesejahteraan, dan Hubungan Kekerabatan)
- Berorientasi pada Lingkungan
- Nilai Ekonomi
Itulah penjelasan mengenai ritual Erpangir Ku Lau oleh suku Karo. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai bagian dari budaya Indonesia. Semoga informasi ini menambah pengetahuan mu tentang Indonesia, ya!(*)