Tobaria – Suku Karo adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia.

Mereka dikenal dengan kebudayaan dan tradisi yang kaya, termasuk dalam bidang seni musik dan tari. Alat musik tradisional Karo, seperti Balobat, menjadi ekspresi budaya yang penting bagi suku ini.

Bagi yang belum pernah melihatnya, Balobat ini merupakan alat musik tiup yang sekilas mirip dengan seruling. Keduanya sama-sama terbuat dari bambu.

Dilihat dari bentuknya, Balobat ini mirip seperti seruling. Balobat ini terbuat dari bambu dan memiliki enam lubang pembeda nada dan satu lubang untuk peniup.

Saat dimainkan pun bunyi yang dihasilkan persis seperti seruling yang ada di Pulau Jawa.

Alat musik tradisional Karo ini dapat dimainkan secara solo dan juga dengan ansamble. Sistem tangga nada yang dihasilkan adalah susunan nada pentatonik yang melankolis, bergaya khas budaya Karo Gunung.

Balobat bisa dipakai untuk memainkan berbagai repertoire dalam musik tradisional Karo. Namun, alat musik ini paling sering digunakan untuk memainkan lagi yang memiliki melodi sedih.

Nada yang dihasilkan akan menciptakan suasana haru dan pilu. Selain dimainkan secara sendiri, Balobat ini juga bisa dipakai untuk mengiringi nyanyian yang disebut katoneng-katoneng.

Nyanyian ini memiliki nada yang indah yang membuat tenang hati siapa saja yang mendengarnya.

Dengan suara yang khas dan peran yang penting dalam budaya dan tradisi suku Karo, Balobat tidak hanya menjadi alat musik, tetapi juga simbol identitas dan warisan budaya yang perlu dilestarikan.

Melalui upaya pelestarian, pengembangan, dan pengenalan yang lebih luas, Balobat dapat terus memainkan peran yang penting dalam memperkaya kehidupan budaya Indonesia dan melestarikan warisan leluhur bagi generasi mendatang.(*)